Home Ragam Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Baru-baru jagat ini dunia hiburan Tanah Air sedang viral tentang Kurnia Meiga. Banyak mata menyorot tentang apa yang terjadi dengan mantan Kiper Timnas Indonesia itu. Terlebih setelah mantan istri Kurnia Meiga buka suara dengan datang ke podcast Denny Sumargo yang tayang 10 Maret 2023.

Azhiera Adzka Fathir membongkar alasan sebenarnya Kurnia Meiga sakit hingga alasan perceraiannya. Azhiera berujar bahwa Meiga memiliki kebiasaan buruk yakni senang mengonsumsi alkohol atau minum minuman keras. Meiga terlalu sering minum alkohol yang ternyata berdampak pada 2017 yang menyebabkan Meiga menjadi buta.
Kurnia Meiga berujar detik-detik ia menjadi buta yakni matanya seperti ada tirai yang menutup matanya. Eks kiper Arema Malang ini didiagnosa menderita Papiledema yang membuatnya alami kebutaan. Usut punya usut ternyata kelainan mata Papiledema ada kaitannya dengan bahasa konsumi alkohol berlebih.
Viral sosok Kurnia Meiga, Redaksi Kuarsa akan menyelami dan menginvestigasi penyebab penyakit Kurnia Meiga yakni, Papiledema. Namun sebelum mengupas tuntas Papiledema, kami akan berikan dulu pengertian bahaya konsumsi alkohol berlebih agar Sobat Kuarsa lebih mudah dalam memahami investigasi penyakit Kurnia Meiga.

Bahaya Konsumsi Alkohol Berlebih

Konsumsi alkohol berlebihan dapat memiliki berbagai dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Jadi perlu digarisbawahi ya Sobat Kuarsa kalau semua yang berlebih itu tidak baik. Berikut adalah beberapa bahaya yang terkait dengan mengonsumsi alkohol secara berlebihan:

1. Kerusakan pada Organ Tubuh: Alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti hati, pankreas, ginjal, dan otak. Kerusakan pada hati terutama dapat menyebabkan penyakit hati seperti sirosis.

2. Gangguan Kesehatan Mental: Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan psikosis.

3. Ketergantungan: Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis, yang dapat sulit dihentikan dan dapat memerlukan bantuan medis untuk mengatasi.

4. Kerusakan pada Sistem Saraf: Alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, gangguan memori, serta kelemahan otot.

5. Risiko Kecelakaan: Mengemudi dalam keadaan mabuk atau pengaruh alkohol dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas yang fatal, serta risiko kecelakaan lainnya seperti jatuh dan cedera.

6. Kerusakan pada Hubungan Sosial: Konsumsi alkohol berlebihan seringkali dapat menyebabkan masalah dalam hubungan sosial, termasuk konflik dengan keluarga, teman, dan kolega.

7. Masalah Hukum: Kebanyakan negara memiliki undang-undang yang mengatur konsumsi alkohol, termasuk batasan usia untuk mengonsumsi dan larangan mengemudi dalam keadaan mabuk. Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan masalah hukum seperti penangkapan karena mengemudi dalam keadaan mabuk.

8. Kerusakan pada Fungsi Seksual: Alkohol dapat mengganggu fungsi seksual pada pria dan wanita, menyebabkan disfungsi ereksi pada pria dan masalah libido pada wanita.

Penting untuk diingat bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah yang moderat mungkin tidak berbahaya bagi sebagian besar orang, tetapi konsumsi berlebihan atau secara kronis dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Jika Sobat Kuarsa atau seseorang yang Sobat Kuarsa kenal memiliki masalah dengan alkohol, penting untuk mencari bantuan medis atau dukungan untuk mengatasi masalah tersebut.

Hubungan Pengaruh Alkohol dengan Kebutaan

Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Pengaruh alkohol terhadap kebutaan umumnya terkait dengan kerusakan saraf optik atau masalah kesehatan terkait seperti merusak pembuluh darah di mata lho Sobat Kuarsa. Berikut beberapa cara di mana alkohol dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mata dan kebutaan:

Mungkin Anda Suka :  4 Puisi Tentang Keindahan Gunung Dieng

1. Penyakit Mata Terkait Alkohol: Beberapa kondisi mata, seperti neuropati optik alkoholik, diketahui terkait dengan konsumsi alkohol berlebihan. Neuropati optik alkoholik adalah kondisi di mana saraf optik rusak karena keracunan alkohol.

2. Kerusakan Saraf: Alkohol dapat merusak saraf di seluruh tubuh, termasuk saraf optik yang mengirimkan sinyal dari mata ke otak. Kerusakan saraf optik dapat menyebabkan gangguan penglihatan, termasuk penglihatan kabur atau hilang secara permanen.

3. Kerusakan Pembuluh Darah: Konsumsi alkohol berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di mata. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit mata seperti retinopati diabetik atau degenerasi makula terkait usia menjadi lebih parah.

4. Dehidrasi: Alkohol adalah diuretik, yang berarti dapat menyebabkan dehidrasi jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Dehidrasi dapat mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh, termasuk di mata, yang dapat menyebabkan kekeringan mata dan gangguan penglihatan sementara.

5. Kerusakan Fungsi Otak: Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak fungsi otak, termasuk area otak yang terlibat dalam pengolahan informasi visual. Gangguan fungsi otak dapat mempengaruhi penglihatan dan persepsi visual.

Meskipun hubungan antara alkohol dan kebutaan tidak sebesar hubungan antara alkohol dan masalah kesehatan lain seperti penyakit hati atau gangguan mental, konsumsi alkohol berlebihan tetap dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mata yang serius. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi alkohol dengan bijak dan dalam jumlah yang moderat, serta menjaga kesehatan secara umum untuk mencegah risiko gangguan kesehatan mata. Jika Sobat Kuarsa mengalami masalah penglihatan atau memiliki kekhawatiran tentang dampak konsumsi alkohol terhadap kesehatan mata Sobat Kuarsa, konsultasikan dengan profesional medis atau optometris Sobat Kuarsa.

Apa itu Papiledema?

Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Setelah memahami hubungan alkohol dengan kelainan pada syaraf mata, selanjutnya akan membahas tentang Papiledema ya Sobat Kuarsa. Papiledema adalah kondisi di mana tekanan intrakranial meningkat dan menyebabkan bengkak pada disk optik di dalam mata. Disk optik adalah bagian di mana saraf optik keluar dari mata dan masuk ke dalam otak. Ketika tekanan intrakranial meningkat, cairan serebrospinal di sekitar otak tidak dapat mengalir dengan baik, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak.

Gejala papiledema meliputi pembengkakan pada disk optik yang dapat terlihat melalui pemeriksaan mata, biasanya tanpa perubahan pada penglihatan. Namun, jika kondisi tidak diobati, tekanan yang terus meningkat dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf optik dan penglihatan.

Papiledema seringkali merupakan tanda dari masalah medis yang mendasarinya, seperti tumor otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak (hipertensi intrakranial), infeksi, atau pembengkakan otak. Oleh karena itu, diagnosa dan pengobatan papiledema tidak hanya bertujuan untuk mengatasi pembengkakan pada disk optik, tetapi juga untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebabnya.

Pengobatan papiledema biasanya tergantung pada penyebabnya. Ini mungkin termasuk pengurangan tekanan intrakranial melalui obat-obatan, drainase cairan serebrospinal, atau tindakan bedah untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya, seperti pengangkatan tumor otak. Penting untuk mencari perawatan medis segera jika Sobat Kuarsa mengalami gejala papiledema, karena penanganan yang cepat dapat membantu mencegah kerusakan pada penglihatan.

Gejala Papiledema

Investigasi Penyebab Penyakit Kurnia Meiga, Bedah Fakta Papiledema

Gejala papiledema dapat bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada tingkat pembengkakan pada disk optik dan penyebab yang mendasarinya. Agar memahanmi gelajanya, berikut Kuarsa jelaskan beberapa gejala umum yang dapat terjadi apabila akan alami Papiledema.

Mungkin Anda Suka :  4 Puisi Tentang Keindahan Gunung Sindoro

1. Penurunan Penglihatan: Penglihatan kabur atau penurunan penglihatan secara bertahap adalah gejala umum papiledema. Hal ini dapat berkembang perlahan seiring waktu.

2. Nyeri Kepala: Kepala terasa sakit, terutama di area belakang kepala atau di sekitar mata. Nyeri kepala ini mungkin memburuk ketika berbaring datar atau saat melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial, seperti batuk atau bersin.

3. Mual dan Muntah: Kadang-kadang, papiledema dapat disertai dengan mual dan muntah, terutama ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan.

4. Pembengkakan pada Disk Optik: Ini adalah tanda khas papiledema yang dapat terlihat melalui pemeriksaan mata oleh dokter mata. Disk optik yang bengkak dapat menyebabkan tepi disk terlihat lebih kabur dan lebih meriah dari biasanya.

5. Perubahan pada Penglihatan Warna: Beberapa orang dengan papiledema melaporkan perubahan pada persepsi warna, seperti perubahan ke cerahnya warna atau kehilangan kemampuan untuk membedakan warna.

6. Peningkatan Nyeri pada Mata saat Gerakan Mata: Pada beberapa kasus, seseorang dengan papiledema mungkin merasakan peningkatan nyeri pada mata saat bergerak atau menggerakkan mata.

7. Pembengkakan pada Saraf Optik: Jika papiledema berlanjut tanpa pengobatan, pembengkakan pada saraf optik dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf optik, yang dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan.

Perlu diingat bahwa gejala papiledema dapat bervariasi dari individu ke individu, dan tidak semua orang dengan papiledema akan mengalami semua gejala ini. Jika Sobat Kuarsa mengalami gejala-gejala ini, terutama jika Sobat Kuarsa memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter mata atau dokter Sobat Kuarsa untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Apakah Papiledema Bisa Disembuhkan?

Netizen tentu bertanya-tanya apakah Papiledema bisa disembuhkan? Papiledema sendiri bukanlah penyakit, melainkan tanda dari kondisi medis yang mendasarinya, seperti peningkatan tekanan intrakranial atau masalah lain yang mempengaruhi keseimbangan tekanan di dalam dan di sekitar otak. Oleh karena itu, pengobatan papiledema bertujuan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya.

Jika papiledema disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pengobatan mungkin termasuk:

1. Manajemen Tekanan Intrakranial: Ini dapat mencakup penggunaan obat-obatan untuk mengurangi produksi cairan serebrospinal atau meningkatkan drainase cairan tersebut. Diuretik atau kortikosteroid dapat digunakan untuk membantu mengurangi tekanan di dalam tengkorak.

2. Pengobatan Penyebab Mendasar: Jika papiledema disebabkan oleh penyakit tertentu seperti tumor otak, infeksi, atau pembengkakan otak, pengobatan fokus pada mengatasi masalah medis yang mendasarinya. Ini bisa melibatkan terapi radiasi, operasi pengangkatan tumor, atau pengobatan antibiotik, tergantung pada penyebab spesifiknya.

3. Pemantauan dan Pengobatan Mata: Meskipun papiledema sendiri bukan penyakit mata, pengobatan mungkin juga melibatkan pemantauan dan pengobatan untuk masalah mata yang terkait, seperti glaukoma atau degenerasi saraf optik, yang dapat berkembang sebagai akibat dari tekanan intrakranial yang tinggi.

Penting untuk diingat bahwa penanganan papiledema harus dilakukan oleh profesional medis yang berkualifikasi, seperti dokter mata atau neurologis, karena perlu diidentifikasi dan ditangani penyebab yang mendasarinya. Jika tidak diobati atau tidak ditangani dengan benar, papiledema dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan atau bahkan kebutaan.

Pengobatan dan prognosis papiledema akan bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk penyebabnya, tingkat keparahan, dan seberapa cepat pengobatan dimulai. Konsultasikan dengan dokter Sobat Kuarsa untuk diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat jika Sobat Kuarsa mengalami gejala papiledema atau jika Sobat Kuarsa memiliki kekhawatiran tentang kesehatan mata Sobat Kuarsa.

Mungkin Anda Suka :  Cara Menghitung THR Karyawan Harian

Kajian Sains Tentang Papiledema

Judul: KORELASI ANTARA TAJAM PENGLIHATAN DENGAN KETEBALAN LAPISAN RETINAL NERVE FIBER LAYER (RNFL) PADA PASIEN YANG TERDIAGNOSIS PAPILEDEMA

Penulis: Rani Pitta Omas

Jenis Kajian Sains: Tesis (DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA, FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN, PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO, BANDUNG)

Isi Kajian Sains:

Papiledema adalah kondisi di mana diskus optikus mengalami pembengkakan karena tekanan tinggi di dalam tengkorak. Pembengkakan ini bisa menyebabkan penurunan tajam penglihatan karena kompresi pada akson sel ganglion. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dan penilaian terhadap diskus optikus untuk memantau risiko kebutaan pada pasien yang mengalami papiledema. Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi diskus optikus secara objektif adalah dengan mengukur parameter retinal nerve fiber layer (RNFL) menggunakan optical coherence tomography (OCT).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara tajam penglihatan dan ketebalan lapisan RNFL pada pasien yang menderita papiledema. Metode penelitian yang digunakan adalah studi observasional analitik dengan pendekatan potong-lintang (cross-sectional study), yang melibatkan pengambilan data secara retrospektif melalui rekam medis pasien yang terdiagnosis papiledema di unit Neurooftalmologi dalam rentang waktu Januari 2016 hingga Desember 2020.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 102 rekam medis yang dianalisis, dengan total 204 mata, didapatkan nilai median usia pasien adalah 41 tahun, dengan mayoritas pasien perempuan (69%). Sebagian besar kasus papiledema disebabkan oleh tumor intrakranial, dengan meningioma sebagai penyebab yang paling umum. Analisis statistik menunjukkan adanya korelasi negatif yang lemah antara tajam penglihatan dan rata-rata ketebalan RNFL (p<0,05, nilai r = -0,204).

Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara tajam penglihatan dan ketebalan lapisan RNFL pada pasien dengan papiledema. Temuan ini menyoroti pentingnya pemantauan dan penilaian terhadap kondisi diskus optikus menggunakan teknologi seperti OCT dalam manajemen pasien papiledema, dengan harapan dapat membantu dalam penanganan yang lebih efektif dan pencegahan komplikasi yang lebih lanjut terkait dengan kondisi ini.

Kesimpulan Investigasi Papiledema

Dari investigasi Papiledema bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Papiledema adalah kondisi di mana tekanan intrakranial meningkat, menyebabkan bengkak pada disk optik di dalam mata. Ini dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan karena kompresi pada saraf optik.

2. Gejala papiledema meliputi pembengkakan pada disk optik yang terlihat melalui pemeriksaan mata, penurunan penglihatan, nyeri kepala, mual, dan muntah.

3. Papiledema seringkali merupakan tanda dari masalah medis yang mendasarinya, seperti tumor otak atau peningkatan tekanan intrakranial. Pengobatan papiledema bertujuan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya.

4. Penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang lemah antara tajam penglihatan dan ketebalan lapisan retinal nerve fiber layer (RNFL) pada pasien dengan papiledema.

5. Temuan ini menekankan pentingnya pemantauan dan penilaian terhadap kondisi diskus optikus menggunakan teknologi seperti optical coherence tomography (OCT) dalam manajemen pasien papiledema untuk mengurangi risiko komplikasi yang lebih lanjut terkait dengan kondisi ini.